Sabtu, 28 April 2012

UMAR DAN KELEDAI

    "Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat." ungkap Umar bin Khattab Khawatir.
     Wahai,apakah artinya seekor keledai,hewan yang dianggap melambangkan kedunguan dan kebodohan itu?  Bagaimana dengan hewan lain yang lebih mulia? Bagaimana pula seandainya yang jatuh itu adalah manusia?  Terlalu berlebihan kekhawatiran Umar ra.
      Kalau terhadap keledai saja demikian besar perhatian Umar,tentu dapat kita bayangkan seberapa besar perhatian beliau terhadap manusia.
       Khalifah kedua ini bersiskamling sampai kelorong-lorang negeri. Kemudian dengan pundaknya sendiri ia mengangkut sekarung gandum untuk seorang ibu yang merebus batu untuk menenangkan anak-anaknya yang merintih dalam lapar. Dengan tangannya beliau menuang gandum ke dalam panci dan tidak beranjak pergi sampai menyaksikan sendiri bocah-bocah lapar itu memakannya sampai tertidur pulas kekenyangan.
        Duhai, seandainya pemimpin-pemimpin Muslim meneladani perasaan Umar. Mengaca diri terhadap ketakutan Umar akan dosa dan akibatnya di akhirat yang pasti akan dihadapinya. Menyadari bahwa kekuasaan adalah beban dan tanggungjawab ,  bukan kesempatan untuk memperkaya diri  dan keluarga. Bukan pula untuk memaksakan kehendak. Memahami betapa hakikatnya kepemimpinannya itu menjadikan pelayan bagi rakyatnya,sehingga ia menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingannya.sumber: Sabili , agustus 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar